Longing
for SEPTEMBER
Hari
yang indah bukanlah diwaktu kamu tertawa lebar
Hari
yang indah adalah ketika hatimu merasa damai
Hari
yang membahagiakan bukanlah hari diwaktu orang lain melihatmu tersenyum
Hari
yang membahagiakan adalah ketika wajah dan hatimu tersenyum bersamaan
Aku menutup mata sejenak. Gedung putih, dress putih,
sahabat yang berdatangan, keluarga yang berkumpul, doa yang terberkati, wajah
yang cantik dan tampan. Lalu apa yang salah dengan momen ini?
Aku menghirup udara, menahannya untuk beberapa saat dan
menghembuskannya perlahan. Perasaanku goyah. Aku mencoba merenungkan diri di
hari yang bersejarah ini.
......................................................................................................
September 2012
Pertemuan
dapat terjadi dimanapun
Pertemuan
dapat terjadi kapanpun
Pertemuan
dapat terjadi dengan siapapun
Namun
bagiku, pertemuan saat ini, disini dan denganmu adalah pertemuan terindah
Tanganku menggandeng seorang lelaki yang notebene-nya
adalah sepupuku. Dia berhasil menarikku ke gedung pernikahan. Sebenarnya bukan
tanpa sebab, dia menawarkan uang jajannya satu minggu, jadi aku sekarang
disini, di pernikahan yang tidak ku kenali pemeran utamanya.
“kenalin ini sepupuku, Olivia. Liv, ini Fandy, temen
kampusku”
Saat aku menatap lelaki yang berdiri didepanku, aku
merasakan hal aneh tetapi nyaman. Ada sesuatu di tatapan matanya yang membuat
jantungku berdegup lebih kencang dibandingkan biasanya. Tangannya terasa hangat
di jemariku. Senyumannya mampu membuatku merasakan dunia berhenti seketika.
“Ehem....ehem..EHEM” sepupuku berdehem. Dia benar-benar
tidak sensitif. Akhirnya aku terpaksa melepas jabatan tangan Fandy.
Aku mencubit lengan sepupuku berharap dia sadar untuk
meninggalkan aku dan fandy. Lelaki tetaplah lelaki, tak terkecuali sepupuku.
Dia asik mengajak ngobrol fandy.
“AW !!” sepupuku berteriak, aku menginjakan high-heel-ku tepat diatas sepatunya.
Aku tersenyum manis ke fandy seolah itu hanya
ketidaksengajaan. Sepupuku masih saja tidak menyadari apa yang aku inginkan,
dia terus saja mengobrol dengan fandy. Fandy sekali-kali melirikku dan
tersenyum dalam obrolannya.
“apa kalian ingin minum? Aku haus..” aku berbicara seraya
memberikan tatapan tajam ke sepupuku yang berarti
loe-sanah-ambilin-gue-minum-karena-gue-pengen-ngobrol-dengan-fandy.
Akhirnya kepekaannya muncul, dia pergi ke meja yang penuh
dengan makanan dan minuman. Aku tidak ingin kehilangan kesempatan, aku mencoba
sesantai mungkin degan fandy. Kami berbicara banyak hal, dari hobi sampai
cerita-cerita yang memalukan. Dia banyak tertawa atas cerita gilaku dan aku
menyukai caranya tertawa. Ketika tertawa, matanya akan menyipit, wajahnya
memerah, giginya terlihat dan tangannya memegang perut.
Sepupuku menyenggol lenganku, dia memperlihatkan jam
tangannya yang telah menunjukkan 00:00. Aku terbelak, aku berbicara berjam-jam
dengan fandy tanpa rasa bosan. Aku harus pulang saat ini. Apa kalian pikir aku
cinderella? Haruskah aku meninggalkan high
heel-ku agar fandy ke rumahku dan memilihku sebagai mempelai wanitanya? Ok,
Stop berkhayal!! Aku tidak se-klasik itu. Aku hanyalah anak kelas dua SMA yang
harus pulang sebelum mama memecatku sebagai putrinya.
Sesampai dirumah, aku langsung lari kekamar. Menutup
pintu, menggulungkan diri didalam selimut seraya menelungkapkan wajahku ke
bantal, tidak lupa memeluk boneka beruang yang mulai kurus karena terlalu
sering aku pukul ketika marah.
“Kyaaah....He’s so
charming” aku berteriak didalam hati, aku tidak mau keluargaku mendobrak
pintuku karena teriak-teriak di tengah malam.
Setelah puas melakukan ritual gulung-gulung di kasur. Aku
duduk dan menatap boneka “Oh my God...aku belum punya nomor hp-nya. Aish...kamu
kok gak ingetin aku” aku mulai mencubit pipi boneka beruangku.
Tak lama boneka beruangku menjadi pelampiasanku, aku
mendengar hp dari tas, ada sebuah pesan masuk.
From
: 0822 XXXXXX
Have
nice dream, jangan lupa cuci muka sebelum bobo :)
Belum sempat memikirkan siapa pengirimnya, ada sebuah
pesan masuk lagi.
From
: 0822 XXXXXX
Ini
bukan orang iseng. Ini fandy :)
Aku tidak tahu apa yang aku lakukan di hari yang lalu,
kenapa Tuhan sangat baik padaku hari ini? Satu , aku dapat uang jajan seminggu
milik sepupuku. Dua, aku dapat gebetan baru. Tiga, gebetan baru-ku berinisiatif
menghubungiku duluan. What a lucky day, Olivia
!!
Aku mencoba memainkan trik hard-to-get. Trik ini bersumber dari dua sahabatku, mereka selalu
berhasil menggunakan trik ini. Trik ini gampang-gampang susah. Gampangnya
adalah kamu cukup bersikap cuek dan tidak tertarik dengan gebetanmu, susahnya
adalah kamu tidak boleh menghubungi duluan, mengajak jalan duluan dan terlalu
sweet ke gebetan kamu.
Aku tidak pernah memainkan trik hard-to-get. Hal ini dikarenakan aku kira trik ini hanya bisa
dimainkan bagi orang yang punya harga diri dan gengsi yang tinggi. Sedangkan,
didalam kamus hidupku, “jika kamu menyukai orang, berusahalah sampai dia
benar-benar lelah denganmu. Cinta harus diperjuangkan. Emansipasi wanita telah
dikibarkan, woy!” entah kenapa aku ingin
sekali memainkan trik ini, mungkin karena pertama kalinya aku suka pada
pandangan pertama. Aku biasanya menyukai cowok setelah pertemuan ketiga, jangan
tanya kenapa, aku tidak punya alasan yang pasti.
Sesuai dengan trik ini, maka aku sok cold menjawabnya.
To : 0822
XXXXXX
Oke.
Nite.
...............................................................................................................................
September 2013
Kenapa
orang membuang waktu untuk mendefiniskan cinta?
Cinta
adalah cinta...berhentilah untuk mendefiniskan...
Cinta
adalah cinta..rasakan dan pertahankan.
Setahun berlalu, aku menyerah untuk memainkan trik hard-to-get. Kepribadianku benar-benar
tidak cocok, aku terbiasa menjalani semuanya tanpa harus sok-sokan keren dan
misterius. Sangat melelahkan memainkan
peran yang tidak sesuai dengan karakterku.
“Hoy, 10 menit lagi keretanya dateng, come on” satu dari pencetus trik hard-to-get menyadarkanku dari
lamunan.
Aku dan empat sahabatku berdiri dari tempat duduk. Kami berada
stasiun karena tiga (termasuk aku)
diantara kami harus merantau untuk bekerja dan kuliah di Jakarta, sedangkan dua
lainnya kuliah di Yogyakarta dan Malang. Berhenti
membicarakan sahabatku, nanti aku dikira germo yang sedang mempromosikan
sahabatku..hahaha.
Perjalanan panjang ke Jakarta tak lantas membuatku lelah.
Jika dua sahabatku sudah tertidur pulas, aku masih berkutik dengan hp-ku. Sejak
aku mengatakan akan berangkat ke Jakarta, Fandy tak kunjung menghubungiku.
Mungkin ada yang salah dengan keinginanku pergi? Aku kira tidak, Fandy 6 bulan
yang lalu pergi ke Jakarta setelah mendapatkan gelar sarjananya. Hanya saja aku
di Jakarta Utara, sedangkan dia bekerja di Jakarta Selatan.
“Halo...berhentilah menelponku!! Aku mau menyelesaikan
novel-ku!”
Aku mendengus kesal, saat dia berhasil menyelesaikan menulis
cerita entah cerpen, cerbung (cerita bersambung) atau novel, aku adalah orang
yang pertama membaca. Untung saja ini bukan pertama kalinya dia menyebalkan
seperti ini, jadi aku cukup kebal,
“Fandy belum membalas sms-ku dan telfonku tidak diangkat”.
“Loe kira gue itu baby
sitter-nya fandy??!! Dut...dut....dut...” panggilan berakhir. Emang kampret
ini sahabatku yang kuliah di Malang, orang lagi curhat malahan dimatiin
telfonnya. Berhubung sahabatku ini udah pake “GUE-LOE” itu tandanya dia tidak
mau diganggu sama sekali.
Aku memakai headset dan siap mendengarkan lagu mellow.
Lalu ada pesan masuk.
From
: My Cute Bestie
Fandy
palingan lagi sibuk atau dia mau kasih kejutan. Tidur gih, perjalanan ke
Jakarta masih lama, nanti kamu capek berlebihan dan ngorok.
Aku nyengir kuda membaca sms dari sahabatku yang penulis
abal-abal itu. Gak akan ada deh yang meragukan dia adalah pencetus trik hard-to-get. Dia itu cuek tapi tetep perhatian..cielah promosi lagi...hahahaa.
Bukannya aku tidur, aku membangunkan kedua sahabatku dan
membuat group chatt di facebook (ok,
jaman SMA masih alay-alayan pake fb). Demi kebaikan masing-masing, maka aku
akan menggunakan inisial, antara lain MCB (My Cute Bestie), MPB (My Pretty
Bestie), MLB (My Lovely Bestie) and MFB (My Funny Bestie).
Me : Fandy belum menghubungiku L
MFB : lagi boker kali...
MPB : idiih jorok. Dia palingan udah dapet pacar baru.
MLB : idiiih jahat. Dia palingan udah lelah sama kamu.
MCB : idiiih...... (MCB
meninggalkan ruang obrolan)
Me : Aku sedih..kalian tega sekali...
MFB : idiiih...... (MFB
meninggalkan ruang obrolan)
MLB : idiiih...... (MLB
meninggalkan ruang obrolan)
MPB : idiiih...... (MPB
meninggalkan ruang obrolan)
Aku di bully
lagi, aku sendirian lagi. Kedua sahabatku tidur lagi, sementara dua lainnya
entah sedang apa.
Setelah aku dan kedua sahabatku sampai di stasiun
kebayoran lama, kami siap-siap mencari taxi.
“Olivia....” aku membalikan badan. Sesosok lelaki yang aku
rindukan telah berdiri di depanku, dia tersenyum, senyuman yang sama ketika
pertama kali aku melihatnya.
Kalian berpikir aku akan berlari dan memeluknya,kan? Aku
tidak seberani itu, bagaimanapun aku adalah orang Indonesia yang menghindari
kontak fisik didepan umum. Jadi, aku cuman melambaikan tangan.
Sepanjang jalan dari stasiun ke kontrakan, aku mengobrol
tanpa henti. Lalu aku mengingat perkataan MCB, “Fandy palingan lagi sibuk atau dia mau kasih kejutan”. Terkadang
perkataan MCB sangat menakutkan karena terlalu tahu apa yang terjadi, coba saja
dia tidak kuliah, mungkin aku akan mempromosikan dia sebagai dukun.
Aku menatap Fandy ketika berbicara, aku sangat nyaman
dengannya. Saat aku sedih, Dia tak pernah memaksaku bercerita, dia hanya
mengusap ramutku perlahan dan mengatakan “semua akan baik-baik saja”. Saat aku
bahagia, dia ikut tersenyum bersamaku dan , “Aku senang melihatmu tersenyum”.
Fandy kembali menatapku, “Apa kamu capek?”
Aku menggelengkan kepalaku lalu melihat kedua sahabatku
yang asik dengan hp-nya. Aku yakin mereka sedang mengabari gebetan
masing-masing. Gebetan? Yup,, sebenarnya fandy juga belum memiliki status
apapun denganku. Status fb-ku adalah complicated.
Aku tidak tahu kenapa kami belum pacaran, yang pasti adalah dia belum
mengatakan apapun terkait hal itu.
................................................................................................................................
September 2014
Aku
dapat berbicara dengan semua orang,
Aku
dapat menghabiskan waktu dengan semua orang,
Aku
dapat menyentuh semua orang,
Namun
aku hanya membutuhkan satu orang..
Satu
orang untuk berbicara mengenai diriku dan hidupku,
Satu
orang untuk menghabiskan seluruh waktuku,
Satu
orang untuk menyentuhku,
Satu
orang itu tak lain adalah Kamu
Jam di dinding telah menunjukkan 11:00, namun tak ada
tanda-tanda Fandy ingin mengajakku keluar di Weekend kali ini. Aku memposting berbagai gambar dan status di
seluruh media sosial-ku berharap dia memahami kode-kode yang aku berikan. Sejam
berlalu, aku tak ingin weekend-ku terlihat seperti jomblo ngenes, akhirnya aku
memberanikan diri untuk mengirim pesan singkat padanya.
To :
Fandy
Apa kamu
sibuk ? ayok jalan :)
From :
Fandy
Besok
aja. Kamu yang nentuin tempat main.
To :
Fandy
Ok ;)
Aku paling benci menentukan tempat tujuan, aku sama sekali
tidak ada ide. Aku harus memberdayakan sahabatku. Aku membuat chatt group.
Me : rekomendasi tempat kencan, please ;)
MCB : dimanapun tempatnya asal bersamamu #citcuiitUhuy
MFB : dimanapun tempatnya asal bukan pemakaman #R.I.P
(Rest in Peace)
MPB : dimanapun tempatnya asal bukan di salon #cucokboook
MLB : dimanapun tempatnya asal bukan di kolong jembatan
#modaldikit
Me : kapan waras??
MCB : kapan wisuda?
MPB : Kapan nyalon?
MFB : kapan gajian?
MLB : Kapan nikah?
Chatt group di hapus !!!!!
Sahabat adalah mereka yang selalu ada (ada untuk nge-bully) di saat kita butuh (butuh utang).
Minggu pagi datang, aku dan fandy hanya berjalan-jalan di
Kampung Main Cipulir (KMC). Tidak berbeda dengan sebelumnya, kami mengobrol
tanpa terikat tema. Hanya berbicara secara random dan berbagi keseharian selama
satu minggu tidak bertemu.
Saat melihat kuda, aku berniat untuk mengajaknya naik kuda
karena aku cukup lelah berjalan lama. Tiba-tiba teman-teman fandy datang dan
menghancurkan niatanku. Segerombolan lelaki (sekitar 10 orang) datang dan mengajak fandy untuk main flying fox, sedangkan aku hanya
berpangku tangan di bawah pohon sambil melihat mereka bermain. Meski aku sempat
kesal tetapi aku menjadi tahu sisi fandy lainnya yakni sikap dan gaya bicara
didepan teman-temannya. Dia tidak berbeda dengan lelaki lainnya, konyol dan
gila saat bersama temannya.
...................................................................................................................
September 2015
Lelaki
itu menatapku dengan senyum yang indah
Lelaki
itu memanggil namaku dengan nada halus
Lelaki
itu memegang tanganku dengan erat
Lelaki
itu memelukku dengan hangat
Namun
lelaki itu bukanlah milikku
Minggu pagi yang menyegarkan, aku menghabiskan waktu
dengan jogging di track area. Aku tak sendirian, fandy datang bersama adik dan
teman perempuannya. Aku tidak tahu perempuan itu adalah pacar adiknya atau
bukan, aku hanya tahu mereka bertiga sangat dekat. Dan perempuan itu cukup asik
diajak bicara sehingga aku mudah akrab dengannya.
Selang satu jam lari-lari kecil. Kami memutuskan untuk di
taman, duduk diatas rumput.
“Ini minum dulu...” Riko a.k.a adik fandy menawarkan
sebotol air mineral.
Aku melirik fandy yang sedang minum tanpa reaksi. Setelah berbincang
dan cukup istirahat, kami berniat untuk makan siang bersama. Aku hendak berdiri,
kemudian ada uluran tangan. Aku langsung berdiri tanpa menerima uluran tangan
yang ingin membantuku. Bukan tanpa alasan karena Riko yang mengulurkan
tangannya, sedangkan fandy asik bermain handphone.
Saat makan siang di restauran terdekat, aku merasakan hal
yang aneh lagi.
“Kamu mau pesan apa?” Riko bertanya sopan padaku.
Aku melirik fandy, lagi-lagi fandy sibuk dengan
kegiatannya. Dia nampak membaca menu seperti membaca soal ujian nasional, fokus
dan tidak tertarik dengan apa yang sedang aku lakukan.
“aku ngikut fandy aja deh...” aku menjawab sambil
menendang kaki fandy. Fandy tetaplah fandy, dia cuman mengangguk dan memilihkan
menu.
Kami asik mengobrol, Riko sangat pintar melawak, sedangkan
teman perempuannya lebih suka diam dan hanya ikut tertawa. Aku dan Fandy
tertawa hingga aku tak sengaja menyenggol gelas. Aku yang panik langsung
jongkok untuk mengambil pecahan gelas, namun ada tangan yang mencegahku.
Aku tahu tangan itu, bukan tangan lelaki yang biasa
memegang tanganku. “Mbak..maaf. bisa diganti minumnya?” Riko berteriak ke waitress, ya benar, Riko yang
membantuku kembali.
Wajah fandy sangat datar, aku tidak dapat membaca isi
hatinya. aku tidak tahu apa yang terjadi dengan hari ini. Apakah Riko memang
orang yang sangat baik? Atau Fandy yang tiba-tiba menjadi orang yang dingin dan
cuek? Mulai saat itulah aku mulai goyah akan perasaan fandy untukku. Dan mulai
saat itu, aku mulai gelisah mengenai hubunganku dan fandy.
.......................................................................................................................................
September 2016
Aku
merelakan suaramu untuk tak lagi memanggilku
Aku merelakan
tanganmu untuk tak lagi memegangku
Aku
merelakan tubuhmu untuk tak lagi memeukku
Namun,
aku meminta maf....
Aku
meminta maaf karena belum berani berjanji
Sebuah
janji untuk merelakan kamu dari hatiku
“kamu sangat cantik menggunakan gaun putih itu?” aku
berdiri didepan gedung pernikahan dan Riko menyambutku dengan senyum.
“kamu benar-benar siap? Jika kamu ingin kabur, aku akan
siap dibangku paling depan untuk menemani pelarianmu” Riko mencoba mengurangi nervous-ku.
Aku berdiri melewati kerumunan orang, aku duduk. Saat aku
mulai tenang, lelaki yang aku cintai datang dengan tuxedo putih dan dasi
kupu-kupu berwarna hitam, dia tampak gentle dengan tuxedo one button. Dia tersenyum ke arahku, sangat lebar dan masih mampu
membuat hatiku berdegup, bahkan kakiku tak kuat untuk membantuku berdiri.
Aku duduk disana, di suatu kursi panjang putih didepan
piano. Aku bermain piano sebagai hadiah terakhirku untuknya. Dia, lelaki
pertama yang mampu membuatku bertahan pada satu perasaan. Dia, lelaki pertama
yang mengajarkanku tentang keikhlasan. Dan dia, lelaki pertama yang tak pernah
aku raih.
Tulisan ini adalah masa depan, hari ini belum september 2016.
Hari ini masih 30 Juli 2016. Namun, hari ini aku menangis karena mendapat
undanganmu karena aku tahu dia akan menikah di bulan september 2016 dan scene inilah yang akan terjadi di bulan
septemberku.
Mungkin
akan klasik ketika aku menyumpahi takdir yang mempermainkan kita. Mungkin akan dosa
ketika aku lari padamu dan memintamu jangan memasuki gedung pernikahan. Mungkin
kamu juga bersalah padaku karena tidak pernah memberikan kepastian padaku. Namun,
yang pasti adalah aku yang bodoh, aku yang tidak pernah mengungkapkan
perasaanku kepadamu, aku yang tidak pernah mencoba bertanya akan perasaanmu,
aku yang tidak mengikatmu dengan kepastian.
–Dari aku yang tidak mengungkapkan perasaanku
hingga akhir-
Aku tak tahu harus menulis apa di bulan September
mendatang. Aku tak tahu harus bagaimaan mengisi hari-hariku di bulan September
mendatang. Aku tak tahu dengan siapa aku menghabiskan bulan September
mendatang. Aku tak tahu masih mencintaimu atau tidak di bulan September
mendatang. Aku tak tahu masih merindukanmu atau tidak bulan September
mendatang. Namun satu yang aku tahu bahwa :
“Aku
ingin, akan dan selalu merindukan september. I’ll longing for September.”
-END-