Rabu, 29 Oktober 2014

PERSPEKTIF DAN TEORI KOMUNIKASI POLITIK

Materi dibawah ini dapat didownload disini : PERSPEKTIF DAN TEORI KOMUNIKASI POLITIK (klik for download).

Komunikasi Politik adalah Proses penyampaian suatu pesan dari seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu, merubah sikap, pendapat dan perilaku secara langsung maupun tidak langsung melalui lisan atau media. Komunikasi politik bersifat Ubiquitos yang berarti komunikasi dan politik serbahadir dimanapun dan kapanpun.

A.    PERSPEKTIF DAN MODEL KOMUNIKASI POLITIK
1.      Dari Paradigma ke Perspektif
Robert Frederich mengemukakan bahwa paradigma adalah apa yang menadi persoalan (subject matter) yang semestinya dipelajari. Sedangkan menurut Thomas Khun (1974), perkembangan ilmu pengetahuan bukan terjadi secara kumulatif, tetapi terjadi revolusi. Ilmu pengetahuan yang terperangkap didalam paradigm tunggal dan tidak lebih maju adalah suatu kesalahan serius. Suatu paradigm mengandung kerangka khusus dari mana dunia dipandang dan dijabarkan serta mengandung seperangkat teknik eksperimen dan teoritis sehingga tidak ada alasan apriori untuk mengharapkan bahwa suatu paradigm bersifat sempurna. Sebagai konsuekensinya, ilmu harus mengandung didalam dirinya cara untuk mendobrak keluar dari suatu paradigma ke dalam paradigma lain yang lebih baik. Inilah fungsi revolusi.
B.Aubrey Fisher (pakar ilmu komunikasi terkenal) tidak menggunakan istilah paradigma, melainkan istilah perspektif. Alasan fisher karena menurut pendapatnya istilah paradigma mencegah penggunaan yang netral. Namun apa yang dimaksud dengan paradigma itu kurang lebih sama dengan perspektif.  Menurut fisher, Perspektif adalah pandangan yang realistis, tidak mungkin lengkap, sebab pasti sebagian fenomena yang sedang dilihat itu hilang dan lainnya mengalami distrosi.

2.      Perspektif dan Model Mekanistis
Perspektif mekanistis merupakan model yang paling lama dan paling banyak dianut sampai sekarang sehingga pengaruh model ini sangat kuat dan meluas. ciri-cirinya adalah :
-          Komponen terdiri dari sumber, penerima, salurdan dan pesan/umpan balik/efek.
-          Titik berat kajian komunikasi pada efek (cara berpikir sebab-akibat).
-          Ekstensi empiric (lokus) terletak pada saluran.
-          Idealisme yang menggambarkan urutan temporer dalam peristiwa pada sistem tertutup.
-          Fisher menggambarkan model ini sebagai ban berjalan atau dinyatakan menjadi (dari…ke…).
-          Proses mekanis artinya komunikasi terdapat sesuatu (pesan) mengalir melintasi ruang dan waktu dari satu titik (sumber/penerima) ke titik yang lain (sumber/penerima) secara simultan.
-          Prinsipnya adalah efek bisa diprediksikan, bisa diciptakan (direkayasa) dengan menghilangkan kendala atau rintangan yang mungkin terjadi melalui rencana pada awal.
Model mekanistis yang diterapkan dikomunikasi politik akan menunjukkan bahwa komponennya berupa komunikator politik, pesan politik, media politik, khayalak politik dan efek politik. Betitik tolak pada pesan sebagai objek formal dari ilmu komunikasi politik, Bell menyebutkan bahwa komunikasi politik itu pembicaraan tentang kepentingan politik yaitu pembicaraan kekuasaan, pembicaraan pengaruh dan pembicaraan otoritas. Nimmo juga menambahkan satu pembicaraan yang bermakna politik yaitu pembicaraan tentang konflik. Pembicaraan tentang politik itu kemudian dikaji dalam kerangka mekanistis, yaitu siapa yang berbicara, kepada siapa, melalui saluran apa dan bagaimana efeknya.

3.      Perspektif dan Model Psikologi
Perspektif psikologis mengkonseptualisasikan komunikasi sebagai penerimaan dan pengelolaan informasi pada individu. Berikut adalah ciri-ciri perspektif psikologi :
-          Terpusat pada diri individu.
-          Efektif atau cocok untuk mempengaruhi para tokoh.
-          Proses informasi internal atau khusus melalui bicara empat mata (tatap muka).
-          Komponen komunikasi berupa stimulant atau respon.
-          Ekstensi empiric (lokus) terletak pada diri individu yang disebut filter konseptual. Filter ini tidak dapat diminati langsung, namun sangat mempengaruhi setiap peristiwa komunikasi.
Filter konseptual digambarkan sebagai sikap, keyakinan, motif, dorongan, citra, konsep diri, tanggapan dan persepsi yang dapat menjadi pangkal atau sebaliknya dari rangsangan yang menyentuh individu. Demikian juga dikaitkan dengan komunikasi politik, maka filternya tentang studi persepsi politik, citra diri khayalay politik, penolakan konsep politik, dan perubahan pola pikir. Berhubung unsur pengendalian pada kesadaran aku atau filter konseptual pada informasi yang diproses, kemampuan konseptual komunikator untuk mengontrol komunikasi menjadi sangat terbatas. Namun, tingkat impersonal (komunikasi yang berjalan dalam diri individu) sebenarnya menjadi serba kuasa.

4.      Perspektif Interaksional
Dalam perspektif interaksional, menurut Fisher komunikasi dikonseptualisasi sebagai interaksi manusiawi pada masing-masing individu. Sedangkan Blumer mengemukakan ada tiga buah “premis sederhana” yang menjadi interaksionisme simbolis, yaitu :
a.       Manusia bertindak terhadap hal-hal atas dasar makna yang dimiliki oleh hal-hal tersebut.
b.      Makna itu berkaitan langsung dengan ‘interaksi social yang dilakukan seseorang dengan teman-temannya”.
c.       Makna ini diciptakan, dipertahankan dan diubah melalui “proses penafsiran yang dipergunakan oleh orang tersebut dalam berhubungan dengan dua karakteristik yang penting.
Ekstensi empiris (lokus) dari perspektif ini adalah pola perilaku yang berurutan sehingga komponennya meliputi pola, interaksi, struktur dan fungsi. Komponen komunikasinya yaitu peran, orientasi, keselarasan, konsep budaya dan adaptasi. Titik berat atau focus pengkajian dan penelitian adalah pada perilaku interaktif.  Karakteristik utama paradigma interksionalisme adalah penonjolan nilai individu diatas segala pengaruh yang lainnya.  Paradigma ini sangat menekankan factor manusiawi sehingga sangat relevan diterapkan dalam komunikasi politik yang demokratis.

5.      Perspektif Pragmatis
Model pragmatis menurut Fisher mengamati tindakan atau perilaku yang berurutan dalam konteks waktu dalam sistem social. Tindakan atau pengamatan tersebut dapat berupa ucapan, tindakan, atau perilaku. Berikut adalah cirri-ciri perspektif pragmatis.
-          Titik berat pengkajiannya adalah tindakan, khususnya tindakan social atau tindakan bersama.
-          Lokusnya terletak pada tindakan yang berurutan.
-          Informasi bukan diartikan sebagai pesan, melainkan informasi hanya ada dalam bentuk jumlah atau kemungkinan.
-          Komponen berupa pola interaksi, fase, siklus, sistem, strktur dan fungsi.
-          Berkomunikasi adalah berperilaku (komunikasi = perilaku atau tindakan).
-          Aplikasinya dalam bentuk komunikasi nonverbal.
-          Dikenalnya konsep ‘kejutan’. Kejutan adalah pola perilaku atau tindakan dapat saja tiba-tiba berubah sehingga terjadi perilaku diluar pola.

B.     TEORI KOMUNIKASI POLITIK
Teori dapat diartikan sebagai sejumlah gagasan yang status dan asalnya bervariasi dan dapat dipakai untuk menjelaskan atau menafsirkan fenomena.

1.      Teori Jarum Hipodermik


model ini muncul selama dan setelah Perang Dunia I, pencetusnya adalah Hovland,dkk. Asumsinya adalah komponen-komponen komunikasi amat perkasa dalam mempengaruhi komunikasi. Model ini disebut Jarum Hipodermik karena dalam model ini dikesankan seakan-akan komunikasi “disuntik” langsung ke dalam jiwa komunikan. Model ini disebut juga “bullet theory” (teori peluru) karena komunikan dianggap secara pasif menerima berondongan-berondongan pesan-pesan komunikasi. Model ini cocok diterapkan dalam Pemerintahan Diktator karena besifat linear dan satu arah. Sayangnya sejak tahun 1950-an model ini sudah ditinggalkan oleh kalangan peneliti komunkasi, namun masyarakat awam masih ada yang meyakini model ini.
Berikut adalah variable-variabel Jarum Hipodermik.
a.       Variable komunikasi terdiri atas :
-          Variabel komunikator terdiri dari kredibilitas, daya tarik dan kekuasaan.
Kredibilitas  terdiri dari keahlian dan kejujuran. Keahlian diukur dengan sejauh mana komunikan menganggap komunikator mengetahui jawab yang “benar”. Sedangkan kejujuran dioperasionalkan sebagai persepsi komunikan tentang sejauh mana komunikator bersikap tidak memihak dalam menyampaikan pesannya.
Daya tarik diukur dari kesamaan, familiaritas dan kesukaan.
Kekuasaan dioperasionalisasikan dengan tanggapan komunikan tentang komunkator tengant kemampuan komunikator untuk menghukum atau memberi ganjaran, kemampuan untuk memperhatikan apakah komunikan tunduk atau tidak, dan kemampuan meneliti apakah komunikan tunduk atau tidak.
-          Variable pesan terdiri dari struktur pesan, gaya pesan dan appeals pesan.
Struktur pesan ditunjukkan dengan pola penyimpulan (tersirat atau tersurat), pola ururtan argumentasi dan pola objektifitas.
Gaya pesan menunjukkan variasi linguistic dalam penyampaian pesat seperti perulangan, kemudahan untuk dimengerti, dan perbendaharaan kata.
Appeals pesan mengacu pada motif-motif psikologi yang dikandung pesan.
-          Variable media boleh berupa media elektronik, media cetak atau saluran interpersonal (ceramah, diskusi dan kontak).
b.      Variable antara terdiri atas perhatian, pengertian, dan penerimaan.
-          Perhatian diukur dengan sejauh mana komunikan menyadari adanya pesan.
-          Pengertian diukur dengan sejauh mana komunikan memahami pesan.
-          Penerimaan dibatasi pada sejuauh mana komunikan menyetuji gagasan yang dikemukakan komunikator.
c.       Variable efek terdiri atas segi kognisi, segi afektif dan segi behavioral.
-          Segi kognisi menunjuk pada perubahan pendapat, penambahan pengetahuan dan perubahan kepercayaan.
-          Segi afektif menunjuk pada sikap, perasaan dan kesukaan.
-          Segi behavioral menunjuk pada perilaku atau kecenderungan perilaku.
Berdasarkan teori tersebut, komunikator politik (politisi, professional dan aktivis) selalu memandang bahwa pesan politik apapun yang disampaikan kepada khayalak, apalagi melalui media massa pasti menimbulkan efek positif berupa citra yang baik, penerima atau dukungan.

2.      Teori Khalayak Kepala Batu
Teori khalayak Kepala batu muncul atas kritik teori Jarum Hipodermik yang menyatakan khalayak (komunikan) tidak berdaya dan sama sekali tidak aktif. Yang mana Robert Bauer mengkritik potret khalayak sebagai robot yang pasif. Khalayak hanya bersedia mengikuti pesan bila pesan itu memberikan keuntungan atau memenuhi kepentingan dan kebutuhan khalayak. Media massa memang berpengaruh tetapi pengaruh itu disaring, diseleksi dan diterima atau ditolak oleh filter konseptual atau factor-faktor pribadi yang mempengaruhi reaksi mereka.
Dengan teori khayalak batu melahirkan model Uses and grafications (kegunaan dan kepuasaan). Model ini dibangun atas asumsi dasar bahwa manusia adalah makhluk yang sangat rasional dan sangat aktif, dinamis dan selektif terhadap semua pengaruh dari luar dirinya. Khalayak yang selektif itu akan memilih berdasarkan kegunaan dan pemenuhan kepuasan pribadinya. Model ini tidak tertarik apa yang dilakukan media pada diri orang tetapi ia tertarik pada apa yang dilakukan orang terhadap media. Berdasarkan DeFleur dan Ball-Rokech menyatakan pertemuan khalayak dengan media massa dapat didasarkan kepada tiga keranga teori yaitu teori perbedaan individu, teori kategori social dan teori hubungan social.
Berikut adalah variabel teori khalayak batu.
a.       Anteseden meliputi variabel individual dan variabel lingkungan. Variabel individu meliputi karakteristik Demografi seperti usia dan jenis kelamin. Sedangkan variabel lingkungan seperti Organisasi, sistem social dan struktur social.
b.      Motif terdiri dari Orientasi kognisi, diversi dan personal identity. Orientasi kognisi merupakan kebutuhan informasi. Diversi merupakan kebutuhan akan pelepasan dari tekanan dan kebutuhan akan hiburan. Identitas pribadi yakni menggunakan isi media untuk memperkuat/menonjolkan sesuatu yang penting dalam kehidupan atau situasi.
c.       Penggunaan media terkait dengan jumlah waktu yang digunakan dalam berbagai media, jenis is media yang dikonsumsi dan berbagai hubungan antara individu konsumen media dengan isi media yang dikonsumsi atau dengan media secara keseluruhan.
d.      Efek  media, dapat diopersionalisasikan sebagai evaluasi kemampuan media untuk memberikan pengetahuan, kepuasaan dan sebagai dependesi media.

3.      Teori Empati dan Homofili
Secara sederhana, empati adalah kemampuan menempatkan diri pada situasi dan kondisi orang lain. Dengan demikian, empati dalam komunikasi politik adalah sifat yang sangat dekat dengan citra politikus tentang diri dan tentang orang lain. Sedangkan secara etimologis, homophily berarti afiliasi atau komunikasi dengan pribadi yang sama atau yang memiliki artibrut yang sama atau serupa. Jadi homofili berarti komunikasi dengan orang yang sama yaitu derajat orang berkomunikasi memiliki kesamaan dalam beberapa hal.
Dalam komunikasi politik, kemampuan memproyeksikan diri sendiri dalam titik pandang dan empati orang lain memberi peluang ke politikus untuk berhasil dalam pembicaraan politiknya. Sedangkan homofili dalam komunikasi politik dapat dilihat dari para politikus atau kader partai yang memakai seragam jas mereka. Bahkan sejumlah politikus yang memiliki agama sama akan membentuk partai bersama-sama. Demikian mereka yang memilki kesamaan jenis kelamin yang membentuk partai untuk memperjuangkan kepentingan politik bagi mereka.
Komunikasi politik yang menggunakan teori ini dapat dianggap sebagai komunikasi politik yang manusiawi, karena aplikasi dilakukan secara dialogis. Hal ini merupakan reaksi humanis terhadap model mekanistis yang monolog. Selanjutnya empati dan homofili dalam komunikasi politik diaplikasikan dalam bentuk idiologi politik yang sama, visi dan misi politik yang sama, doktrin yang sama, symbol dan pakaian sama, serta keputusan politik bersama.

4.      Teori Informasi dan Nonverbal
Menurut Schramm (1977) Informasi memiliki beberapa pengertian  yaitu informasi dipahami sama dengan pesan (dianut perspektif komunikasi mekanistis), informasi adalah data yang diolah (pandangan SIM-Sistem Informasi Manajemen), dan informasi adalah segala sesuatu yang tidak memiliki kepastian atau mempunyai jumlah kemungkinan alternative. Jadi, informasi dalam komunikasi politik dapat berarti sikap politik, pendapat politik, kostum partai politik dan tamu kader partai politik. Menurut teori informasi, komunikasi politik adalah semua hal harus dianalisa sebagai tindakan politik (bukan pesan) yang mengandung tindakan kemungkinan alternative.
Menurut Mark L.Knapp (1972), komunikasi non vorbal adalah repetisi (mengulang kembali gagasan yang sudah disampaikan secara verbal), subtitusi (mengganti ucapan dengan tanpa berucap), kontradiksi (memberi makan lain terhadap pesan verbal), komplemen (melengkapi atau memperkaya pesan verbal), dan aksentuasi (lebih menegaskan kesan verbal). Sesunguhnya komunikasi politik non verbal merupakan tindakan dalam peristiwa komunikasi politik yang dapat ditafsirkan secara berbeda-beda oleh khalayak.
Berdasarkan teori informasi dan non verbal, Unsure-unsur komunikasi politik berupa pola, fase, siklus, sistem, struktur dan fungsi. Teori ini sangat berguna dalam menentukan pilihan penempatan kader untuk menduduki jabatan politik. Teori ini diterapkan dalam komunikasi politik dalam banyak bentuk seperti :
-          Memasang bendera dan spanduk saat pertemuan kader partai.
-          Memakai seragam karena pertemuan kader partai politik.
-          Mempromosikan anggota yang memiliki prestasi.

5.      Teori Media Kritis
Menurut Hollander, teori media kritis adalah teori media yang menempatkan konteks kemasyarakatn sebagai titik tolak dalam mempelajari fungsi media massa. Dalam hal ini dapat diketahui fungsi media massa dipengaruhi oleh politik, ekonomi, kebudayaan dan sejarah.
Penganut teori komunikasi kritis sama sekali tidak lagi memberikan tekanan pada efek komunikasi massa terhadap khalayak, melainkan memusatkan perhatian pada pengertian control terhadap sistem komunikasi. Berdampingan dengan teori permainan (William Stephenson) yang menjelaskan bahwa mengikuti pesan melalui media massa hanyalah demi kesenangan. Menurutnya, politik merupakan permainan, membangun citra dan menggairahkan pikiran. Selain itu, sejumlah pakar mengembang juga teori parasosial. Penggagas teori parasosial ini berpandangan bahwa media massa berfungsi dalam memenuhi kebutuhan manusia akan interkasi social.



Disusun dari berbagai sumber. Maaf tidak bisa menyantumkan sumber karena rangkuman ini hasil dari berbagai foto kopi-an dan materi kuliah dikelas.

1 komentar:

  1. Apakah Anda dalam kesulitan keuangan? Apakah Anda perlu
    pinjaman untuk memulai bisnis atau untuk membayar tagihan Anda?
    Kami memberikan pinjaman kepada orang yang membutuhkan bantuan dan kami memberikan pinjaman kepada perusahaan lokal, internasional dan juga pada tingkat bunga yang sangat rendah dari 2%.
    Terapkan Sekarang Via Email: kellywoodloanfirm@gmail.com
    Terima kasih
    Terima kasih dan Tuhan memberkati
    Ibu Kelly

    BalasHapus