Sabtu, 30 Juli 2016

Longing for SEPTEMBER

Longing for SEPTEMBER


Hari yang indah bukanlah diwaktu kamu tertawa lebar
Hari yang indah adalah ketika hatimu merasa damai
Hari yang membahagiakan bukanlah hari diwaktu orang lain melihatmu tersenyum
Hari yang membahagiakan adalah ketika wajah dan hatimu tersenyum bersamaan

Aku menutup mata sejenak. Gedung putih, dress putih, sahabat yang berdatangan, keluarga yang berkumpul, doa yang terberkati, wajah yang cantik dan tampan. Lalu apa yang salah dengan momen ini?
Aku menghirup udara, menahannya untuk beberapa saat dan menghembuskannya perlahan. Perasaanku goyah. Aku mencoba merenungkan diri di hari yang bersejarah ini.
......................................................................................................

September 2012
Pertemuan dapat terjadi dimanapun
Pertemuan dapat terjadi kapanpun
Pertemuan dapat terjadi dengan siapapun

Namun bagiku, pertemuan saat ini, disini dan denganmu adalah pertemuan terindah
Tanganku menggandeng seorang lelaki yang notebene-nya adalah sepupuku. Dia berhasil menarikku ke gedung pernikahan. Sebenarnya bukan tanpa sebab, dia menawarkan uang jajannya satu minggu, jadi aku sekarang disini, di pernikahan yang tidak ku kenali pemeran utamanya.
“kenalin ini sepupuku, Olivia. Liv, ini Fandy, temen kampusku”
Saat aku menatap lelaki yang berdiri didepanku, aku merasakan hal aneh tetapi nyaman. Ada sesuatu di tatapan matanya yang membuat jantungku berdegup lebih kencang dibandingkan biasanya. Tangannya terasa hangat di jemariku. Senyumannya mampu membuatku merasakan dunia berhenti seketika.
“Ehem....ehem..EHEM” sepupuku berdehem. Dia benar-benar tidak sensitif. Akhirnya aku terpaksa melepas jabatan tangan Fandy.
Aku mencubit lengan sepupuku berharap dia sadar untuk meninggalkan aku dan fandy. Lelaki tetaplah lelaki, tak terkecuali sepupuku. Dia asik mengajak ngobrol fandy.
“AW !!” sepupuku berteriak, aku menginjakan high-heel-ku tepat diatas sepatunya.
Aku tersenyum manis ke fandy seolah itu hanya ketidaksengajaan. Sepupuku masih saja tidak menyadari apa yang aku inginkan, dia terus saja mengobrol dengan fandy. Fandy sekali-kali melirikku dan tersenyum dalam obrolannya.
“apa kalian ingin minum? Aku haus..” aku berbicara seraya memberikan tatapan tajam ke sepupuku yang berarti loe-sanah-ambilin-gue-minum-karena-gue-pengen-ngobrol-dengan-fandy.
Akhirnya kepekaannya muncul, dia pergi ke meja yang penuh dengan makanan dan minuman. Aku tidak ingin kehilangan kesempatan, aku mencoba sesantai mungkin degan fandy. Kami berbicara banyak hal, dari hobi sampai cerita-cerita yang memalukan. Dia banyak tertawa atas cerita gilaku dan aku menyukai caranya tertawa. Ketika tertawa, matanya akan menyipit, wajahnya memerah, giginya terlihat dan tangannya memegang perut.
Sepupuku menyenggol lenganku, dia memperlihatkan jam tangannya yang telah menunjukkan 00:00. Aku terbelak, aku berbicara berjam-jam dengan fandy tanpa rasa bosan. Aku harus pulang saat ini. Apa kalian pikir aku cinderella? Haruskah aku meninggalkan high heel-ku agar fandy ke rumahku dan memilihku sebagai mempelai wanitanya? Ok, Stop berkhayal!! Aku tidak se-klasik itu. Aku hanyalah anak kelas dua SMA yang harus pulang sebelum mama memecatku sebagai putrinya.

Sesampai dirumah, aku langsung lari kekamar. Menutup pintu, menggulungkan diri didalam selimut seraya menelungkapkan wajahku ke bantal, tidak lupa memeluk boneka beruang yang mulai kurus karena terlalu sering aku pukul ketika marah.
“Kyaaah....He’s so charming” aku berteriak didalam hati, aku tidak mau keluargaku mendobrak pintuku karena teriak-teriak di tengah malam.
Setelah puas melakukan ritual gulung-gulung di kasur. Aku duduk dan menatap boneka “Oh my God...aku belum punya nomor hp-nya. Aish...kamu kok gak ingetin aku” aku mulai mencubit pipi boneka beruangku.
Tak lama boneka beruangku menjadi pelampiasanku, aku mendengar hp dari tas, ada sebuah pesan masuk.

From : 0822 XXXXXX
Have nice dream, jangan lupa cuci muka sebelum bobo :)
Belum sempat memikirkan siapa pengirimnya, ada sebuah pesan masuk lagi.
From : 0822 XXXXXX
Ini bukan orang iseng. Ini fandy :)

Aku tidak tahu apa yang aku lakukan di hari yang lalu, kenapa Tuhan sangat baik padaku hari ini? Satu , aku dapat uang jajan seminggu milik sepupuku. Dua, aku dapat gebetan baru. Tiga, gebetan baru-ku berinisiatif menghubungiku duluan. What a lucky day, Olivia !!
Aku mencoba memainkan trik hard-to-get. Trik ini bersumber dari dua sahabatku, mereka selalu berhasil menggunakan trik ini. Trik ini gampang-gampang susah. Gampangnya adalah kamu cukup bersikap cuek dan tidak tertarik dengan gebetanmu, susahnya adalah kamu tidak boleh menghubungi duluan, mengajak jalan duluan dan terlalu sweet ke gebetan kamu.
Aku tidak pernah memainkan trik hard-to-get. Hal ini dikarenakan aku kira trik ini hanya bisa dimainkan bagi orang yang punya harga diri dan gengsi yang tinggi. Sedangkan, didalam kamus hidupku, “jika kamu menyukai orang, berusahalah sampai dia benar-benar lelah denganmu. Cinta harus diperjuangkan. Emansipasi wanita telah dikibarkan, woy!”  entah kenapa aku ingin sekali memainkan trik ini, mungkin karena pertama kalinya aku suka pada pandangan pertama. Aku biasanya menyukai cowok setelah pertemuan ketiga, jangan tanya kenapa, aku tidak punya alasan yang pasti.
Sesuai dengan trik ini, maka aku sok cold menjawabnya.
To : 0822 XXXXXX                                       
Oke. Nite.
...............................................................................................................................

September 2013
Kenapa orang membuang waktu untuk mendefiniskan cinta?
Cinta adalah cinta...berhentilah untuk mendefiniskan...
Cinta adalah cinta..rasakan dan pertahankan.

Setahun berlalu, aku menyerah untuk memainkan trik hard-to-get. Kepribadianku benar-benar tidak cocok, aku terbiasa menjalani semuanya tanpa harus sok-sokan keren dan misterius.  Sangat melelahkan memainkan peran yang tidak sesuai dengan karakterku.
“Hoy, 10 menit lagi keretanya dateng, come on” satu dari pencetus trik hard-to-get menyadarkanku dari lamunan.
Aku dan empat sahabatku berdiri dari tempat duduk. Kami berada stasiun karena tiga (termasuk aku) diantara kami harus merantau untuk bekerja dan kuliah di Jakarta, sedangkan dua lainnya kuliah di Yogyakarta dan Malang. Berhenti membicarakan sahabatku, nanti aku dikira germo yang sedang mempromosikan sahabatku..hahaha.

Perjalanan panjang ke Jakarta tak lantas membuatku lelah. Jika dua sahabatku sudah tertidur pulas, aku masih berkutik dengan hp-ku. Sejak aku mengatakan akan berangkat ke Jakarta, Fandy tak kunjung menghubungiku. Mungkin ada yang salah dengan keinginanku pergi? Aku kira tidak, Fandy 6 bulan yang lalu pergi ke Jakarta setelah mendapatkan gelar sarjananya. Hanya saja aku di Jakarta Utara, sedangkan dia bekerja di Jakarta Selatan.
“Halo...berhentilah menelponku!! Aku mau menyelesaikan novel-ku!”
Aku mendengus kesal, saat dia berhasil menyelesaikan menulis cerita entah cerpen, cerbung (cerita bersambung) atau novel, aku adalah orang yang pertama membaca. Untung saja ini bukan pertama kalinya dia menyebalkan seperti ini, jadi aku cukup kebal,
“Fandy belum membalas sms-ku dan telfonku tidak diangkat”.
“Loe kira gue itu baby sitter-nya fandy??!! Dut...dut....dut...” panggilan berakhir. Emang kampret ini sahabatku yang kuliah di Malang, orang lagi curhat malahan dimatiin telfonnya. Berhubung sahabatku ini udah pake “GUE-LOE” itu tandanya dia tidak mau diganggu sama sekali.
Aku memakai headset dan siap mendengarkan lagu mellow. Lalu ada pesan masuk.
From : My Cute Bestie
Fandy palingan lagi sibuk atau dia mau kasih kejutan. Tidur gih, perjalanan ke Jakarta masih lama, nanti kamu capek berlebihan dan ngorok.
Aku nyengir kuda membaca sms dari sahabatku yang penulis abal-abal itu. Gak akan ada deh yang meragukan dia adalah pencetus trik hard-to-get. Dia itu cuek tapi tetep perhatian..cielah promosi lagi...hahahaa.
Bukannya aku tidur, aku membangunkan kedua sahabatku dan membuat group chatt di facebook (ok, jaman SMA masih alay-alayan pake fb). Demi kebaikan masing-masing, maka aku akan menggunakan inisial, antara lain MCB (My Cute Bestie), MPB (My Pretty Bestie), MLB (My Lovely Bestie) and MFB (My Funny Bestie).
Me : Fandy belum menghubungiku L
MFB : lagi boker kali...
MPB : idiih jorok. Dia palingan udah dapet pacar baru.
MLB : idiiih jahat. Dia palingan udah lelah sama kamu.
MCB : idiiih...... (MCB meninggalkan ruang obrolan)
Me : Aku sedih..kalian tega sekali...
MFB : idiiih...... (MFB meninggalkan ruang obrolan)
MLB : idiiih...... (MLB meninggalkan ruang obrolan)
MPB : idiiih...... (MPB meninggalkan ruang obrolan)
Aku di bully lagi, aku sendirian lagi. Kedua sahabatku tidur lagi, sementara dua lainnya entah sedang apa.

Setelah aku dan kedua sahabatku sampai di stasiun kebayoran lama, kami siap-siap mencari taxi.
“Olivia....” aku membalikan badan. Sesosok lelaki yang aku rindukan telah berdiri di depanku, dia tersenyum, senyuman yang sama ketika pertama kali aku melihatnya.
Kalian berpikir aku akan berlari dan memeluknya,kan? Aku tidak seberani itu, bagaimanapun aku adalah orang Indonesia yang menghindari kontak fisik didepan umum. Jadi, aku cuman melambaikan tangan.
Sepanjang jalan dari stasiun ke kontrakan, aku mengobrol tanpa henti. Lalu aku mengingat perkataan MCB, “Fandy palingan lagi sibuk atau dia mau kasih kejutan”. Terkadang perkataan MCB sangat menakutkan karena terlalu tahu apa yang terjadi, coba saja dia tidak kuliah, mungkin aku akan mempromosikan dia sebagai dukun.
Aku menatap Fandy ketika berbicara, aku sangat nyaman dengannya. Saat aku sedih, Dia tak pernah memaksaku bercerita, dia hanya mengusap ramutku perlahan dan mengatakan “semua akan baik-baik saja”. Saat aku bahagia, dia ikut tersenyum bersamaku dan , “Aku senang melihatmu tersenyum”.
Fandy kembali menatapku, “Apa kamu capek?”
Aku menggelengkan kepalaku lalu melihat kedua sahabatku yang asik dengan hp-nya. Aku yakin mereka sedang mengabari gebetan masing-masing. Gebetan? Yup,, sebenarnya fandy juga belum memiliki status apapun denganku. Status fb-ku adalah complicated. Aku tidak tahu kenapa kami belum pacaran, yang pasti adalah dia belum mengatakan apapun terkait hal itu.
................................................................................................................................

September 2014
Aku dapat berbicara dengan semua orang,
Aku dapat menghabiskan waktu dengan semua orang,
Aku dapat menyentuh semua orang,
Namun aku hanya membutuhkan satu orang..
Satu orang untuk berbicara mengenai diriku dan hidupku,
Satu orang untuk menghabiskan seluruh waktuku,
Satu orang untuk menyentuhku,
Satu orang itu tak lain adalah Kamu

Jam di dinding telah menunjukkan 11:00, namun tak ada tanda-tanda Fandy ingin mengajakku keluar di Weekend kali ini. Aku memposting berbagai gambar dan status di seluruh media sosial-ku berharap dia memahami kode-kode yang aku berikan. Sejam berlalu, aku tak ingin weekend-ku terlihat seperti jomblo ngenes, akhirnya aku memberanikan diri untuk mengirim pesan singkat padanya.
To : Fandy
Apa kamu sibuk ? ayok jalan :)
From : Fandy
Besok aja. Kamu yang nentuin tempat main.
To : Fandy
Ok ;)

Aku paling benci menentukan tempat tujuan, aku sama sekali tidak ada ide. Aku harus memberdayakan sahabatku. Aku membuat chatt group.
Me : rekomendasi tempat kencan, please ;)
MCB : dimanapun tempatnya asal bersamamu #citcuiitUhuy
MFB : dimanapun tempatnya asal bukan pemakaman #R.I.P (Rest in Peace)
MPB : dimanapun tempatnya asal bukan di salon #cucokboook
MLB : dimanapun tempatnya asal bukan di kolong jembatan #modaldikit
Me : kapan waras??
MCB : kapan wisuda?
MPB : Kapan nyalon?
MFB : kapan gajian?
MLB : Kapan nikah?
Chatt group di hapus !!!!!
Sahabat adalah mereka yang selalu ada (ada untuk nge-bully) di saat kita butuh (butuh utang).

Minggu pagi datang, aku dan fandy hanya berjalan-jalan di Kampung Main Cipulir (KMC). Tidak berbeda dengan sebelumnya, kami mengobrol tanpa terikat tema. Hanya berbicara secara random dan berbagi keseharian selama satu minggu tidak bertemu.
Saat melihat kuda, aku berniat untuk mengajaknya naik kuda karena aku cukup lelah berjalan lama. Tiba-tiba teman-teman fandy datang dan menghancurkan niatanku. Segerombolan lelaki (sekitar 10 orang)  datang dan mengajak fandy untuk main flying fox, sedangkan aku hanya berpangku tangan di bawah pohon sambil melihat mereka bermain. Meski aku sempat kesal tetapi aku menjadi tahu sisi fandy lainnya yakni sikap dan gaya bicara didepan teman-temannya. Dia tidak berbeda dengan lelaki lainnya, konyol dan gila saat bersama temannya.
...................................................................................................................

September 2015
Lelaki itu menatapku dengan senyum yang indah
Lelaki itu memanggil namaku dengan nada halus
Lelaki itu memegang tanganku dengan erat
Lelaki itu memelukku dengan hangat
Namun lelaki itu bukanlah milikku

Minggu pagi yang menyegarkan, aku menghabiskan waktu dengan jogging di track area. Aku tak sendirian, fandy datang bersama adik dan teman perempuannya. Aku tidak tahu perempuan itu adalah pacar adiknya atau bukan, aku hanya tahu mereka bertiga sangat dekat. Dan perempuan itu cukup asik diajak bicara sehingga aku mudah akrab dengannya.
Selang satu jam lari-lari kecil. Kami memutuskan untuk di taman, duduk diatas rumput.
“Ini minum dulu...” Riko a.k.a adik fandy menawarkan sebotol air mineral.
Aku melirik fandy yang sedang minum tanpa reaksi. Setelah berbincang dan cukup istirahat, kami berniat untuk makan siang bersama. Aku hendak berdiri, kemudian ada uluran tangan. Aku langsung berdiri tanpa menerima uluran tangan yang ingin membantuku. Bukan tanpa alasan karena Riko yang mengulurkan tangannya, sedangkan fandy asik bermain handphone.

Saat makan siang di restauran terdekat, aku merasakan hal yang aneh lagi.
“Kamu mau pesan apa?” Riko bertanya sopan padaku.
Aku melirik fandy, lagi-lagi fandy sibuk dengan kegiatannya. Dia nampak membaca menu seperti membaca soal ujian nasional, fokus dan tidak tertarik dengan apa yang sedang aku lakukan.
“aku ngikut fandy aja deh...” aku menjawab sambil menendang kaki fandy. Fandy tetaplah fandy, dia cuman mengangguk dan memilihkan menu.
Kami asik mengobrol, Riko sangat pintar melawak, sedangkan teman perempuannya lebih suka diam dan hanya ikut tertawa. Aku dan Fandy tertawa hingga aku tak sengaja menyenggol gelas. Aku yang panik langsung jongkok untuk mengambil pecahan gelas, namun ada tangan yang mencegahku.
Aku tahu tangan itu, bukan tangan lelaki yang biasa memegang tanganku. “Mbak..maaf. bisa diganti minumnya?”  Riko berteriak ke waitress, ya benar, Riko yang membantuku kembali.
Wajah fandy sangat datar, aku tidak dapat membaca isi hatinya. aku tidak tahu apa yang terjadi dengan hari ini. Apakah Riko memang orang yang sangat baik? Atau Fandy yang tiba-tiba menjadi orang yang dingin dan cuek? Mulai saat itulah aku mulai goyah akan perasaan fandy untukku. Dan mulai saat itu, aku mulai gelisah mengenai hubunganku dan fandy.
.......................................................................................................................................

September 2016
Aku merelakan suaramu untuk tak lagi memanggilku
Aku merelakan tanganmu untuk tak lagi memegangku
Aku merelakan tubuhmu untuk tak lagi memeukku
Namun, aku meminta maf....
Aku meminta maaf karena belum berani berjanji
Sebuah janji untuk merelakan kamu dari hatiku

“kamu sangat cantik menggunakan gaun putih itu?” aku berdiri didepan gedung pernikahan dan Riko menyambutku dengan senyum.
“kamu benar-benar siap? Jika kamu ingin kabur, aku akan siap dibangku paling depan untuk menemani pelarianmu” Riko mencoba mengurangi nervous-ku.
Aku berdiri melewati kerumunan orang, aku duduk. Saat aku mulai tenang, lelaki yang aku cintai datang dengan tuxedo putih dan dasi kupu-kupu berwarna hitam, dia tampak gentle dengan tuxedo one button. Dia tersenyum ke arahku, sangat lebar dan masih mampu membuat hatiku berdegup, bahkan kakiku tak kuat untuk membantuku berdiri.

Aku duduk disana, di suatu kursi panjang putih didepan piano. Aku bermain piano sebagai hadiah terakhirku untuknya. Dia, lelaki pertama yang mampu membuatku bertahan pada satu perasaan. Dia, lelaki pertama yang mengajarkanku tentang keikhlasan. Dan dia, lelaki pertama yang tak pernah aku raih.

Tulisan ini adalah masa depan, hari ini belum september 2016. Hari ini masih 30 Juli 2016. Namun, hari ini aku menangis karena mendapat undanganmu karena aku tahu dia akan menikah di bulan september 2016 dan scene inilah yang akan terjadi di bulan septemberku.
Mungkin akan klasik ketika aku menyumpahi takdir yang mempermainkan kita. Mungkin akan dosa ketika aku lari padamu dan memintamu jangan memasuki gedung pernikahan. Mungkin kamu juga bersalah padaku karena tidak pernah memberikan kepastian padaku. Namun, yang pasti adalah aku yang bodoh, aku yang tidak pernah mengungkapkan perasaanku kepadamu, aku yang tidak pernah mencoba bertanya akan perasaanmu, aku yang tidak mengikatmu dengan kepastian.
 –Dari aku yang tidak mengungkapkan perasaanku hingga akhir-

Aku tak tahu harus menulis apa di bulan September mendatang. Aku tak tahu harus bagaimaan mengisi hari-hariku di bulan September mendatang. Aku tak tahu dengan siapa aku menghabiskan bulan September mendatang. Aku tak tahu masih mencintaimu atau tidak di bulan September mendatang. Aku tak tahu masih merindukanmu atau tidak bulan September mendatang. Namun satu yang aku tahu bahwa :
“Aku ingin, akan dan selalu merindukan september. I’ll longing for September.”

-END-